Selasa, 03 Mei 2011

BENCANA ALAM GEMPABUMI:
TINJAUAN UMUM DAN TINDAKAN MITIGASINYA

Arif Ashari


Abstrak

Indonesia merupakan salah satu wilayah di dunia yang memiliki resiko bencana gempabumi sangat tinggi. Hal ini merupakan pengaruh dari posisi indonesia yang berada pada zona pertemuan Lempeng Eurasia dengan Lempeng Hindia-australia dan Lempeng Pasifik. Berbagai peristiwa gempabumi yang telah terjadi menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda dalam jumlah yang tidak sedikit. Kita hidup di alam Indonesia dengan kondisi rawan gempa yang tidak dapat dirubah, akan tetapi kita masih dapat melakukan tindakan dengan menyadari kondisi kita, memahami gempabumi, sehingga dapat melakukan tindakan mitigasi untuk meminimalkan akibat terjadinya gempabumi baik korban jiwa ataupun kerugian harta benda mengingat gempabumi merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diramalkan kapan terjadinya.
Gempabumi secara umum dapat dibedakan menjadi empat yaitu gempa tektonik, vulkanik, runtuhan dan meteorik. Gempabumi yang banyak terjadi di Indonesia dan menimbulkan kerusakan adalah gempa tektonik. Gempa ini disebabkan oleh adanya tumbukan antar lempeng. Selain menyebabkan kerusakan, gempabumi juga menyebabkan dampak lainnya seperti getaran, patahan, longsor, kebakaran, liquiefaction, dan tsunami. Gempa yang terjadi di suatu tempat seringkali memicu gempa di tempat lain, hal ini karena antar tempat tersebut terdapat saling keterkaitan dalam satu zona tumbukan lempeng yang sama, sehingga energi suatu gempa akan memicu gempa di tempat lainnya. Pengaruh ini seringkali muncul secara acak yang diantaranya tergantung dari kondisi dan ketahanan suatu blok terhadap gelombang gempa.
Banyaknya korban jiwa dan harta benda dalam setiap peristiwa gempabumi salah satunya adalah karena kurangnya kewaspadaan masyarakat. Yang juga dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan terhadap gempabumi. Seringkali hal ini dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk menyebarkan isu yang membuat kepanikan masyarakat. Peristiwa semacam ini tidak perlu terjadi apabila masyarakat kita memiliki pemikiran sadar gempa, memahami sitasi dan kondisi, dan kemudian membangun pola hidup untuk meminimalisir segala resiko yang mungkin dihadapi. Kerawanan gempa merupakan sesuatu yang tidak dapat diubah, akan tetapi tindakan mitigasi dapat terus diupayakan. Dalam hal ini masyarakat dapat bekerjasama dengan berbagai pihak terkait baik pemerintah ataupun lembaga non-pemerintah. Upaya mitigasi dapat dilakukan baik secara fisik maupun sosial, dalam lingkup individu, rumah tangga, masyarakat, sekolah dan berbagai komunitas lainnya.

Kata Kunci: Gempabumi, Tindakan mitigasi
A.Pendahuluan
Dalam berbagai pustaka yang relevan dengan kajian bencana, dinyatakan bahwa wilayah Indonesia sangat rawan terhadap berbagai jenis bencana, baik bencana yang disebabkan oleh bahaya alam (natural hazards) maupun bahaya non alam (man-made hazards) (Sudibyakto, 2007). Bencana (Disaster) merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan maupun penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam ataupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana).
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki resiko bencana sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh banyaknya jenis bahaya (hazards) juga meningkatnya jumlah manusia yang rentan terhadap ancaman bencana dan ketidak mampuan menghadapi bencana itu sendiri. Ancaman dari potensi bencana tersebut seringkali memunculkan istilah living with risk, living safely with disaster, dsb. (Sudibyakto, 2007).
Salah satu bencana alam yang banyak terjadi di Indonesia adalah gempabumi. Peristiwa gempabumi yang telah terjadi di beberapa daerah ternyata banyak menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda. Sebagai masyarakat yang hidup di daerah dengan tingkat resiko bencana gempabumi yang tinggi tentunya kita selalu dituntut untuk memahami seluk-beluk gempabumi itu sendiri. Apa, mengapa, dan bagaimana gempabumi bisa terjadi, sehingga kemudian dapat melakukan tindakan mitigasi untuk meminimalkan akibat dari terjadinya gempabumi baik korban jiwa ataupun kerugian harta benda.
Peristiwa gempabumi merupakan peristiwa alam yang dapat terjadi dimana saja dan kapan saja di permukaan bumi ini tanpa dapat diketahui dan diprediksi oleh siapapun. Gempabumi pada dasarnya merupakan suatu peristiwa bergetarnya lapisan kulit bumi yang diakibatkan oleh suatu sebab seperti pergerakan lempeng tektonik, letusan gunung berapi, runtuhnya gunung es, longsoran pada lereng benua di permukaan air laut, atau bahkan akibat dentuman bom dan jatuhnya meteor atau benda langit lainnya yang menabrak permukaan bumi (Santosa, 2007).
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa gempabumi tidak dapat diramalkan kapan terjadi apalagi dilakukan tindakan preventif. Sehingga dalam hal ini, sebagai masyarakat yang tinggal di daerah rawan gempabumi pemahaman tentang gempabumi merupakan sesuatu yang sangat penting, dalam hal ini terutama berkaitan dengan kemampuan mitigasi. Sejak jaman dahulu nenek moyang kita telah hidup di daerah dengan resiko bencana tinggi, akan tetapi setiap kali terjadi bencana saat itu juga kemudian banyak jatuh korban jiwa dan kerugian harta benda dalam jumlah yang tidak sedikit. Hal ini akibat dari kurangnya pemahaman terhadap bencana itu sendiri serta kemampuan menghadapi bencana tersebut.
Beberapa hal penting yang harus selalu diperhatikan adalah memahami bahwa Indonesia merupakan wilayah yang memiliki resiko bencana sangat tinggi, diantaranya gempabumi. Kehidupan kita sangat dekat dengan gempabumi. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang peristiwa gempabumi, bagaimana proses terjadinya, mengapa, serta dampak apa saja yang ditimbulkannya sehingga kita memiliki kesiapsiagaan dan kemampuan untuk menghadapi bencana tersebut.
B.Tinjauan Umum Gempabumi
Gempabumi adalah getaran bumi yang disebabkan oleh pelepasan tenaga secara cepat (Soetoto, tanpa tahun). Siddiq (1986) dalam Sudibyakto (2000) mendefinisikan gempabumi sebagai getaran tanah yang disebabkan oleh gelombang elastis yang merambat di permukaan bumi akibat energi yang dilepaskan oleh sumber gempa yaitu sesaran dari lempeng-lempeng tektonik yang saling mendesak satu sama lain yang terjadi di bawah permukaan tanah.
Pengertian lainnya diantaranya menurut UNDP (1995) yaitu gempabumi merupakan salah satu bahaya alam (natural hazard) yang sifatnya sangat merusak, terjadinya sangat tiba-tiba dengan peringatan awal yang sangat kecil. Sedangkan Boen (2000) dalam Sudibyakto (2000) menyatakan bahwa gempabumi adalah suatu gejala fisik yang ditandai dengan bergetarnya bumi dengan berbagai intensitas. Getaran-getaran tersebut diatas terjadi karena terlepasnya suatu energi secara tiba-tiba. Selain itu gempabumi juga dapat dipahami sebagai goyangan tanah atau bumi, dalam bahasa teknis merupakan gerakan bumi secara tiba-tiba yang disebabkan oleh terlepasnya energi yang telah tersimpan lama didalam bumi (Naryanto, Tejakusuma, Kuniawan, 1999).
Macam gempabumi dapat dibedakan menjadi empat yaitu (1) Gempa tektonik: terjadi akibat tumbukan, pergesaran, dan pemisahan lempeng. Gempa ini merupakan yang paling umum terjadi. (2) Gempa vulkanik: terjadi dari pengaruh aktivitas gunung berapi. (3) Gempa runtuhan: terjadi akibat adanya runtuhan massa yang besar. Gempa meteorik: terjadi oleh adanya benda ruang angkasa yang terjatuh ke bumi. Jenis gempa ini jarang terjadi. Penilaian bencana tergantung pada dimensinya.
Getaran yang terjadi dalam peristiwa gempabumi dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu: Foreshock, merupakan gempa pendahulu, gempa kecil yang mendahului gempa utama. Kemudian Major Earthquake, atau gempa utama, merupakan gempa yang paling kuat. Selanjutnya yang terakhir adalah After Shocks, adalah gempa susulan yang jauh lebih kecil dari gempa utama.
Gelombang dalam gempabumi diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu:
1.Surface wave, gelombang yang merambat di permukaan.
2.Body wave, gelombang yang merambat di dalam bumi, langsung dari fokus (hiposentrum). Kelompok ini masih dibagi menjadi dua macam yaitu:
a.Gelombang primer (P) arah getarannya searah dengan arah merambatnya. Getaran ini bersifat kompresif dan tarikan (push-pull)
b.Gelombang sekunder (S) arah getarannya tegak lurus terhadap arah merambatnya.
Kecepatan gelombang primer lebih besar dari kecepatan gelombang sekunder. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambar 1.
Pergerakan gelombang gempa
Dari gambar diatas dapat diketahui beberapa hal berkaitan dengan pergerakan gelombang gempa diantaranya adalah bahwa gelombang primer merupakan gelombang yang paling cepat. Saat melintas gelombang meremas dan menekan butir batuan. Gelombang sekunder menyebabkan tanah bergerak naim turun dan menyamping. Sedangkan gelombang permukaan menyebabkan tanah tergulung seperti ombak.

Teori terjadinya gempabumi
Pada bagian terdahulu telah disebutkan macam-macam gempa beserta penyebab terjadinya. Pada bagian ini akan dijelaskan lebih jauh proses terjadinya gempa tektonik, dimana gempa ini merupakan yang paling umum terjadi di Indonesia. Selain itu disebutkan pula bahwa gempa tektonik merupakan gempa yang paling dahsyat dalam memberikan dampak bagi kehidupan (Sudibyakto, 2000).
Boen (2000) dalam Sudibyakto (2000) menyatakan salah satu teori yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana terjadinya gempa tektonik adalah teori elastic rebound yang dikemukakan oleh reid. Menurut teori ini, di dalam bumi senantiasa ada aktivitas geologis yang mengakibatkan pergerakan relatif suatu massa batuan di dalam kulit bumi terhadap yang lain. Gaya-gaya yang menimbulkan pergerakan batuan ini disebut gaya tektonik. Ketika tegangan yang terjadi pada batuan tersebut melampaui kekuatannya batuan tersebut akan hancur pada bagian yang terlemah yang disebut sebagai sesar (fault). Batuan yang hancur tersebut akan melepaskan sebagian atau seluruh tegangan untuk kempali pada keadaan semula yang bebas tegangan.
Selanjutnya Boen (2000) menyatakan bahwa hancuran batuan didalam kulit bumi tersebut akan disertai dengan pemancaran gelombang-gelombang ke segala arah, bahkan jauh sekali tergantung energi yang dilepaskan. Karena bumi tidak homogen dan terdiri atas bermacam bahan dan lapisan gelombang tersebut dalam perjalanannya ke permukaan bumi akan mengalami berbagai perubahan yaitu diredam, dipantulkan, dibiaskan baik di batas-batas, lapisan-lapisan, maupun permukaan. Akibatnya jalannya gelombang gempa tadi menjadi tidak beraturan, rumit, serta sulit untuk dapat diramalkan. Gambar berikut akan memperjelas uraian tentang pergerakan lempeng, sesar aktif penyebab gempa dan proses terjadinya gempa tektonik itu sendiri.















Gambar 2.
Pergerakan dinamik dalam bumi dan pengaruhnya dalam membangun teori lempeng tektonik

Kaitan antara pergerakan lempeng, sesar, dan proses terjadinya gempa ditunjukkan oleh gambar 3 berikut ini:

Kondisi pra gempa, di sebagian kerak bumi terdapat retakan berupa sesar.
Apabila mendapat tekanan, terjadi pe-nimbunan energi sepanjang bidang sesar.


Setelah tertimbun relatif lama, energi cukup kuat untuk melakukan pergeseran pada bidang sesar, menghasilkan pusat gempa.
Energi terlepas secara cepat sebagai gelombang gempa ke segala arah

Skala Gempabumi
Pada umumnya besaran gempabumi dinyatakan dalam dua macam yang mempunyai makna berbeda yaitu magnitude dan intensity (Sudibyakto, 2000). Magnitude (besaran) menunjukkan besaran atau jumlah energi yang dilepaskan pada suatu pusat gempa (Hypocenter) yang dapat diukur dengan seismograf. Magnitude pertama kali didefinisikan oleh Charles Richter tahun 1935, sehingga kini dikenal sebagai skala Richter. Sedangkan Intensity (intensitas) biasanya digunakan dalam menentukan kuatnya getaran tanah akibat suatu gempa dengan melihat respons orang atau bangunan yang terasa atau terjadi pada saat gempa berlangsung pada lokasi tertentu (Siddiq, 1999 dalam Sudibyakto, 2000). Intensitas gempa oleh Boen (2000) kemudian dinyatakan secara sederhana merupakan derajat kerusakan akibat gempabumi jadi merupakan intensitas maksimum yang dihasilkan oleh gempa tersebut. umumnya menggunakan skala intensitas menurut tingkat kerusakan atau yang dirasakan manusia. Salah satu skala intensitas yang dikenal adalah MMI (Modified Mercalli Intensity) digunakan sejak tahun 1956. meskipun demikian skala intensitas sifatnya sangat subyektif dan telah digunakan sejak sebelum ditemukan alat-alat pencatat gempabumi. Tingkatan dalam skala ricter dapat dilihat sebagai berikut:
< 2,0 Umumnya tak terasa, tapi terekam 2,0-2,9 Getaran hampir terasa, belum terasa oleh kebanyakan orang 3,0-3,9 Terasa oleh sebagian kecil orang 4,0-4,9 Terasa oleh hampir semua orang 5,0-5,9 Mulai menimbulkan kerusakan 6,0-6,9 Menimbulkan kerusakan pada daerah padat penduduk 7,0-7,9 Gempa skala besar, getaran kuat, menimbulkan kerusakan besar 8,0-8,9 Gempa dahsyat, getaran kuat, kehancuran dekat epicentrum Sedangkan tingkatan dalam skala Mercalli dapat dilihat sebagai berikut: Skala I : Tak terasa, kecuali dalam keadaan sangat tenang Skala II: Terasa oleh beberapa orang di gedung lantai atas Skala III: Terasa di dalam rumah tapi dianggap bukan gempa Skala IV: Terasa di dalam rumah dan di luar rumah seperti truk lewat Skala V: Terasa oleh semua orang, banyak yang terbangun dari tidur Skala: VI: Terasa oleh semua orang, ketakutan, lari keluar. Kerusakan kecil Skala VII: Setiap orang lari keluar. Kerusakan pada gedung dengan konstruksi jelek Skala VIII: Gedung dengan konstruksi baik rusak sedikit. Cerobong pabrik patah Skala IX: Gedung dengan konstruksi baik banyak rusak. Pondasi bergeser, tanah retak Skala X: Gedung dengan konstruksi baik hancur. Retak besar, ambles Skala XI: Hanya sedikit bangunan yang masih berdiri, jembatan hancur, rekahan melebar Skala XII: Kehancuran total, tanah berombak, barang-barang terlempar ke udara Parameter Gempabumi Parameter gempabumi menurut Boen (2000) dalam Sudibyakto (2000) biasanya digambarkan dengan tanggal terjadinya, waktu terjadinya, koordinat epicenter (dinyatakan dengan koordinat garis lintang dan garis bujur), kedalaman Hypocenter, Magnitude, dan intensitas maksimum. Hypocenter adalah titik dimana mula-mula pergerakan seismik terjadi. Sering pula disebut focus, center. Jadi lokasi hipocenter berada jauh dibawah permukaan bumi. Definisi lain menyatakan bahwa hiposenter adalah titik dibawah permukaan bumi tempat gelombang gempa pertama kali dipancarkan (Boen, 2000 dalam Sudibyakto, 2000). Pusat gempa ini biasanya ditentukan melalui analisis data pada seismograf. Menurut Soetoto (tanpa tahun) pengukuran pusat gempa dapat ditentukan dengan terlebih dahulu mengetahui selisih waktu kedatangan surface wave dan body wave sehingga jarak pusat gempa ke seismograf dapat diketahui. Kemudian dengan mengetahui jarak pusat gempa dari beberapa stasiun pengamatan, maka lokasi pusat gempa dapat diketahui. Episenter merupakan hasil proyeksi hiposenter ke permukaan bumi, atau dapat disebut juga sebagai titik di permukaan bumi yang didapat dengan menarik garis melalui fokus tegak lurus pada permukaan bumi. Parameter lainnya adalah jarak fokus dan jarak episenter. Jarak fokus adalah jarak dari suatu titik di permukaan bumi terhadap hiposenter, sedangkan jarak episenter adalah jarak suatu titik ke episenter. Berdasarkan kedalaman fokus suatu gempabumi dapat diklasifikasikan menjadi gempa dangkal (kedalaman fokus <60-70 km), gempa menengah (70-300 km), dan gempa dalam (>300 km).

Dampak Gempabumi
Selain menyebabkan kerusakan, peristiwa gempabumi juga menyebabkan dampak lainnya antara lain:
Ground Shaking è Getaran (implification) pada batuan/tanah akibat gelombang gempa. Proses terjadinya tergantung pada kekerasan batuan dan ketebalan sedimen di permukaan, juga tergantung pada energi, jarak, kedalaman episentra.
Surface Faulting è Terjadinya patahan/patahan (sesar-sesar) di permukaan. Sesar ini umumya memajang menunjukkan pola pergerakan gempa. Cakupan wilayahnya meteran hingga puluhan kilometer.
Landslides è Longsoran-longsoran tanah / batuan pada lereng-lereng rentan. Bahaya longsor ini lebih berpotensi pada daerah-daerah yang bertebing. Hindarilah tebing-tebing curam agar tidak tertimpa longsoran apabila muncul gempa susulan.
Liquiefaction è Proses keluarnya air bersamaan butiran-butiran pasir halus, lanau, lempung karena lapisan-lapisan tersebut jenuh air, porositas seragam. Kejadian ini selanjutnya dapat mengakibatkan subsidence.
Tsunami è Tidak semua gempabumi besar menyebabkan tsunami, tetapi banyak juga yang dapat menimbulkan tsunami. Apabila lokasi pusat gempabumi terletak di dasar laut, besar kemungkinan tsunami akan terjadi. Tsunami bisa terjadi setiap saat, siang maupun malam, bisa menjalar melalui muara sungai hingga jauh ke darat maupun menggulung daratan.

C.Indonesia Sebagai Daerah Rawan Gempabumi
Indonesia merupakan salah satu wilayah di dunia yang rawan mengalami peristiwa gempabumi. Hal ini disebabkan oleh posisi geologis Indonesia yang berada pada zona pertemuan tiga lempeng tektonik besar. Santosa (2007) menyebut sebagai triple junction yaitu Lempeng Hindia-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Hindia Australia bertabrakan dengan Lempeng Eurasia di lepas pantai Barat Sumatera, pantai Selatan Jawa, dan Nusa Tenggara kearah Timur. Sedangkan Lempeng Pasifik juga bertumbukan dengan Lempeng Eurasia di Utara Papua dan Maluku Utara.
Disekitar lokasi pertemuan lempeng ini terjadi akumulasi energi tabrakan yang terkumpul sampai suatu titik dimana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi, sehingga akan dilepaskan dalam bentuk gempabumi (Santosa, 2007). Kerak bumi yang membentuk Lempeng Hindia-Australia bergerak kearah Utara dengan kecepatan antara 7-8 cm per tahun. Sedang kerak bumi pasifik bergerak dari arah Timur ke Barat dengan kecepatan ± 10 cm per tahun (Le Pichon, 1968 dalam Santosa, 2007). Kedua lempeng ini dengan arah dan kecepatan yang berbeda bersama-sama menumbuk Lempeng Eurasia sehingga Indonesia merupakan titik pertemuan ketiga lempeng tersebut yang membentuk setengah lingkaran diantaranya ada yang membentang di selatan Pulau Jawa berupa palung laut. Gambar berikut menunjukkan posisi Indonesia sebagai titik puncak pertemuan lempeng.




Gambar 4
Tectonic Setting of Indonesia

Perbenturan lempeng ini tidak hanya menyebabkan pergesekan sepanjang zona subduksi, tetapi juga menyebabkan terjadinya sesar-sesar “transcurrent” yang bergerak mendatar baik pada zona subduksi ataupun pada zona horizontal tersebut. pergerakan kerak bumi menimbulkan akumulasi energi yang pada akhirnya dilepaskan dalam bentuk gelombang yang dirasakan sebagai gempabumi. Apabila pelepasan energi tersebut dalam bentuk panas maka menyebabkan terjadinya letusan gunungapi (Santosa, 2007). Gempabumi sangat terkait erat dengan proses vulkanisme. Subduksi lempeng tektonik selain menyebabkan gempa juga membentuk gunungapi. Sebaliknya, aktivitas vulkanisme juga menyebabkan terjadinya gempa vulkanik. Persebaran episentrum gempabumi di Indonesia menurut USGS (United States Geological Survey) dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5
Persebaran pusat gempa di Indonesia

D.Kaitan Antar Peristiwa Gempabumi Pada Wilayah Yang Berdekatan.
Sebelum peristiwa gempabumi jawa tahun 2009 ini, gempabumi seakan silih berganti mengguncang berbagai wilayah di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah gempabumi bengkulu tahun 2000, gempabumi dan tsunami aceh tahun 2004, gempabumi DIY-Jateng tahun 2006, serta bebrapa peristiwa gempabumi lainnya seperti yang terjadi di Padang, Kepulauan Mentawai, gempabumi-tsunami Pangandaran, dan sebagainya. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila suatu tempat mengalami peristiwa gempabumi, maka tempat lainnya yang masih merupakan satu kesatuan wilayah tumbukan lempeng akan mendapatkan “giliran” berikutnya. Gempabumi memang tidak dapat diramalkan kapan dan dimana akan terjadinya, akan tetapi dengan memahami teori ini setidaknya kita dapat meningkatkan kesiapsiagaan untuk menekan sekecil mungkin dampak negatif yang diakibatkan oleh peristiwa gempabumi.
Terkait dengan hal ini ada beberapa model yang sudah dikembangkan. Salah satunya adalah model lokomotif segment gempa/slider block model. Prinsipnya adalah pada suatu zona pertemuan lempeng, terdapat blok-blok yang memiliki karakteristik sendiri-sendiri, memiliki kemampuan menahan getaran berbeda, serta mendapatkan pengaruh gaya dengan kekuatan yang berbeda pula.
Blok-blok ini akan bergerak jika ada stress akibat tarikan atau dorongan yang melebihi kemampuan menahan ganjalan dibawahnya. Dalam realitasnya blok ini berhubungan satu sama lain dan masing-masing blok memiliki berat beban yang berbeda-beda serta gaya gesek yang berbeda. Pegas pengaitpun berada dalam kondisi yang tidak seragam ditambah kecepatan tumbukan yang juga tidak sama. Blok ini akan bergeser tidak mengikuti urutan yang sederhana karena masing-masing memiliki sifat yang berbeda dan sangat unik. Oleh karena itu peristiwa gempa yang terjadi di suatu tempat, dan kemudian dipastikan akan “menular” ke tempat lain, tidak terjadi secara urut tetapi acak. Menghadapi kondisi demikian selain pengetahuan juga penting untuk memupuk keisapsiagaan sebagai masyarakat yang hidup dan tinggal di daerah gempabumi.

E.Upaya Mitigasi: Membangun Perilaku Sadar Gempa Untuk Meminimalisir Dampak Gempabumi
Gempabumi adalah suatu peristiwa alam. Kejadiannya hingga saat ini tidak dapat diramalkan, apalagi dicegah dan dihentikan. Yang bisa kita lakukan adalah berbuat bagaimana meminimalisir resiko yang harus dihadapi apabila peristiwa gempabumi tersebut terjadi. Tindakan yang dapat dilakukan adalah mengerti, memahami posisi kita sebagai masyarakat yang tinggal di daerah rawan gempabumi, membekali dengan pengetahuan yang cukup mengenai gempabumi, kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa kesalahan umum yang ada pada masyarakat kita berkaitan dengan gempa diantaranya:
Tidak adanya pemahaman mengenai bencana gempabumi dan dampak-dampaknya
Kurangnya persiapan terhadap ancaman bencana dan belum adanya siaga bencana untuk penyelamatan
Belum dipatuhinya aturan lokasi keamanan dan standar keselamatan bangunan
Tidak adanya rencana tanggap darurat di semua tingkat (pemerintah dan masyarakat)
Kesalahan-kesalahan umum pada bangunan diantaranya:
Tata ruang kurang memperhatikan kerawanan bencana
Rumah tembok sebagai simbol status
Arsitektoris lebih diutamakan dari keamanan
Prinsip-prinsip bangunan tahan gempa tidak diikuti: yang meliputi struktur tak tahan gempa, pengerjaan tidak baik, pengawasan kurang, pemeliharaan tidak dilakukan, kualitas material kurang baik
Dalam upaya mengurangi dampak bencana di suatu wilayah, tindakan persiapan perlu dilakukan oleh masyarakatnya. Pada saat bencana terjadi, korban jiwa dan kerusakan yang timbul umumnya disebabkan oleh kurangnya persiapan dan sistem peringatan dini. Persiapan yang baik akan bisa membantu masyarakat untuk melakukan tindakan yang tepat guna dan tepat waktu. Bencana bisa menyebabkan kerusakan fasilitas umum, harta benda dan korban jiwa. Dengan mengetahui cara pencegahannya masyarakat bisa mengurangi resiko ini.

Tindakan Kesiapsiagaan
Merencanakan kesiapsiagaan terhadap bencana tidak hanya mencakup perencanaan fisik bangunan saja. Setiap orang dalam rumah sebaiknya tahu apa yang harus dilakukan dan ke mana harus pergi bila situasi darurat terjadi.
Prinsip rencana siaga untuk rumah tangga:
Rencana darurat rumah tangga dibuat sederhana sehingga mudah diingat oleh seluruh anggota keluarga. Bencana adalah situasi yang sangat mencekam sehingga mudah mencetus kebingungan. Rencana darurat yang baik hanya berisi beberapa rincian saja yang mudah dilaksanakan
Tentukan jalan melarikan diri: Pastikan kita dan keluarga tahu jalan yang paling aman untuk keluar dari rumah saat gempa. Apabila berencana meninggalkan daerah atau desa, rencanakan beberapa jalan dengan memperhitungkan kemungkinan beberapa jalan yang putus atau tertutup akibat gempa
Tentukan tempat bertemu:
Dalam keadaan anggota keluarga terpencar, misalnya ibu di rumah, ayah di tempat kerja, sementara anak-anak di sekolah saat gempa terjadi, tentukan tempat bertemu. Yang pertama semestinya lokasi yang aman dan dekat rumah. Tempat ini biasanya menjadi tempat anggota keluarga bertemu pada keadaan darurat. Tempat kedua dapat berupa bangunan atau taman di luar desa, digunakan dalam keadaan anggota keluarga tidak bisa kembali ke rumah. Setiap orang mestinya tahu tempat tersebut.
Prinsip rencana siaga untuk sekolah
Sama dengan prinsip rencana siaga di rumah tangga. Gedung sekolah perlu diperiksa ketahanannya terhadap gempabumi. Sebaiknya sekolah dibangun berdasarkan standar bangunan tahan gempa. Siswa perlu sering dilatih untuk melakukan tindakan penyelamatan diri bila terjadi gempa, misalnya sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun.

Tindakan saat terjadi gempabumi
Bila kita berada dalam bangunan, cari tempat perlindungan, misalnya di bawah meja yang kuat. Hindari jendela dan bagian rumah yang terbuat dari kaca. Gunakan bangku, meja atau perlengkapan rumah tangga yang kuat sebagai perlindungan. Tetap di sana namun bersiap untuk pindah. Tunggu sampai goncangan berhenti dan aman untuk bergerak. Menjauhlah dari jendela kaca, perapian, kompor atau peralatan rumah tangga yang mungkin akan jatuh. Tetap di dalam untuk menghindari terkena pecahan kaca atau bagian-bagian bangunan.
Jika malam hari dan berada di tempat tidur, jangan lari keluar. Cari tempat yang aman di bawah tempat tidur atau meja yang kuat dan tunggu gempa berhenti. Jika gempa sudah berhenti cari tempat yang aman. Ada baiknya kita mempunyai lampu senter dekat tempat tidur. Saat gempa malam hari, alat murah ini sangat berguna untuk menerangi jalan mencari tempat aman, terutama bila listrik padam. Lilin dan lampu gas sangat berbahaya, dan sebaiknya tidak digunakan.
Jika kita berada di tengah keramaian, cari perlindungan. Tetap tenang dan mintalah yang lain untuk tenang. Jika sudah aman, berpindahlah ke tempat yang terbuka, jauh dari pepohonan besar atau bangunan. Jika kita berada di luar, cari tempat terbuka, jauh dari bangunan, pohon tinggi dan jaringan listrik. Hindari rekahan akibat gempa yang bisa sangat berbahaya. Jika kita sedang mengemudi, berhentilah jika aman, tapi tetap dalam mobil. Menjauhlah dari jembatan, jembatan layang atau terowongan. Pindahkan mobil jauh dari lalu lintas. Jangan berhenti dekat pohon tinggi, lampu lalu lintas atau tiang listrik. Jika kita berada di pegunungan, dekat dengan lereng atau jurang yang rapuh, waspadalah dengan batu atau tanah longsor yang runtuh akibat gempa. Jika berada di pantai, segeralah berpindah ke daerah yang tinggi atau berjarak beberapa ratus meter dari pantai.

Tindakan setelah gempabumi berlangsung
Periksa adanya luka. Setelah menolong diri, bantu menolong mereka yang terluka atau terjebak. Hubungi petugas yang menangani bencana, kemudian berikan pertolongan pertama jika memungkinkan. Periksa hal-hal berikut setelah gempa: Api atau ancaman kebakaran, kebocoran gas, kerusakan saluran listrik, Kerusakan kabel listrik.
Waspada dengan gempa susulan. Sebagian besar gempa susulan lebih lemah dari gempa utama. Namun, beberapa dapat cukup kuat untuk merobohkan bangunan yang sudah goyah akibat gempa pertama. Tetaplah berada jauh dari bangunan. Kembali ke rumah hanya bila pihak berwenang sudah mengumumkan keadaan aman.
Pada dasarnya, manusia pasti memahami situasi dan kondisi lingkungan dimana dia hidup. Nenek moyang kita juga telah memiliki naluri untuk mempertahankan diri apabila terjadi gempabumi, kemampuan semacam ini sering kita kenal sebagai kearifan lokal masyarakat. Hal ini perlu ditingkatkan dan diajarkan karena kearifan lokal juga merupakan suatu tindakan mitigasi, bahkan lebih kontekstual karena secara spesifik melibatkan sosial masyarakat serta bentang alam yang ada pada suatu wilayah. Kearifan lokal dewasa ini seringkali mulai ditinggalkan, hal semacam inilah yang membuat masyarakat seakan tidak siap menghadapi resiko bencana yang memang dapat terjadi sewaktu-waktu. Pengetahuan yang cukup ditambah dengan pengembangan kearifan lokal sangat penting untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi bencana.

F.Penutup
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki resiko bencana sangat tinggi. Salah satu bencana alam yang banyak terjadi di Indonesia adalah gempabumi. Peristiwa gempabumi yang telah terjadi di beberapa daerah ternyata banyak menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda.
Berkaitan dengan hal tersebut, kita sebagai masyarakat yang hidup di daerah rawan bencana alam gempabumi, dituntut untuk memiliki pengetahuan yang cukup mengenai gempabumi, dan tindakan mitigasinya. Seringkali dikatakan bangsa indonesia tidur bersama musuh (sleeping with the enemy), dan hanya dengan pemahaman mengenai “musuh” tersebut maka kita dapat menekan sekecil mungkin resiko yang terjadi, mengingat gempabumi merupakan suatu peristiwa yang hingga saat ini tidak dapat diramalkan apalagi dicegah.
Selama ini kita seringkali tidak menyadari posisi dan resiko yang harus dihadapi oleh kedudukan kita yang berada di Kepulauan Indonesia ini. Sehari-hari, bahkan setiap menit dan detik kita selalu dihadapkan pada resiko gempa, akan tetapi kebanyakan masih kurang membekali diri dengan pengetahuan mengenai gempa itu sendiri. Baru apabila peristiwa gempabumi terjadi, saat itu kita dihadapkan pada kesulitan untuk menghadapi peristiwa tersebut dan akhirnya tidak bisa menghindarkan dari resiko yang cenderung merugikan.
Suatu contoh kasus adalah peristiwa yang terjadi pada gempabumi Yogyakarta (DIY-Jateng) tahun 2006. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai gempabumi dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk menyebarkan berbagai isu berkaitan dengan peristiwa gempa tersebut. Isu ini diantaranya adalah peristiwa tsunami dan daratan yang akan runtuh menyatu dengan laut selatan. Isu ini direspon oleh masyarakat apa adanya tanpa bekal pengetahuan yang cukup, akibatnya terjadilah kepanikan, chaos, yang membuat semua orang perlu menyelamatkan dirinya masing-masing. Dampak yang terjadi kemudian adalah kecelakaan lalu-lintas dan penjarahan harta benda.
Peristiwa tersebut tentunya tidak perlu terjadi apabila kita membekali diri dengan pengetahuan yang cukup mengenai gempa. Dan yang tidak kalah penting tentunya adalah kesiapsiagaan dan adaptasi hidup di daerah rawan gempa sehingga apabila peristiwa gempabumi benar-benar terjadi kita dapat menekan sekecil mungkin resiko yang akan dihadapi.
Akan tetapi kita tidak boleh selamanya memandang gempa sebagai musuh. Gempabumi dan peristiwa geologis lainnya pada dasarnya juga merupakan anugerah, karena dari peristiwa tersebut, bumi kita terus bergerak, dinamis, segala macam kandungan mineral dalam bumi yang dibutuhkan oleh kehidupan akan keluar melalui gempabumi dan aktivitas gunungapi. Seorang ahli mengatakan, tanpa adanya peristiwa tektonik dan vulkanik bumi kita ibarat barang rongsokan yang telah habis dipakai fungsinya sehingga tidak bernilai lagi karena kehilangan fungsi itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Allison, Ira S. et al. 1960. Geology: Principles And Processes. New York: Mc Graw-Hill.
Don, L dan Leet, Florence. 2006. Gempabumi, Penjelasan Ilmiah Dan Sederhana, Proses, Tanda-tanda Akan Terjadinya, Serta Antisipasi Dampak. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
IAGI. Tanpa Tahun. Tanya Jawab Gempa 27 Mei 2006 Di Yogyakarta-Jateng. Yogyakarta: Makalah
IDEP. 2007. Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat, Edisi Kedua. Ubud: Yayasan IDEP
John A. Katili. 1980. Geotectonics Of Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pertambangan.
Langgeng Wahyu Santosa. 2006. Tinjauan Geomorfologi Terhadap Gempabumi Di Yogyakarta Dan Sekitarnya 27 Mei 2006. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Makalah.
Soetoto. Tanpa Tahun. Seputar Gempabumi. Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Sudibyakto. 2000. Kajian Dan Mitigasi Bencana Gempabumi: Studi Kasus Bencana Gempabumi Bengkulu 4 Juni 2000. dalam Majalah Geografi Indonesia. Vol. 14 No. 2 September 2000.
Sudibyakto. 2007. Potensi Bencana Alam Dan Kesiapan Masyarakat Menghadapi Bencana (preparedness for Vulnerable Communities). Pengantar Diskusi Bulanan. Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK) Universitas Gadjah Mada. 4 Oktober 2007.
Tiar Prasetya (ed). 2006. Gempabumi, Ciri Dan Cara Menanggulanginya. Yogyakarta: Gita Nagari.
Wahyu Triyoso, Nanang T. Puspito, Gunawan Ibrahim. 1994. Aspek Studi Zonasi Gempabumi Dalam Kaitannya Dengan Mitigasi Bahaya Gempabumi Di Indonesia. Makalah Penunjang No. 3. Disampaikan dalam Simposium Nasional Mitigasi Bencana Alam, Universitas Gadjah Mada, 16-17 Septermber 1994.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar